Perilaku berisiko merupakan perilaku yang membahayakan jika dilakukan baik oleh si pelaku maupun orang lain. Media sosial menyuguhkan berbagai konten yang siap dikonsumsi dan tidak semua orang bisa memfilter konten-konten tersebut.
Banyak konten ujaran kebencian, kekerasan maupun konten viral yang merupakan perkataan tabu atau kurang pantas untuk diucapkan berseliweran dan menjadi ucapan yang dinormalisasi. Remaja menjadi korban ucapan viral yang tidak paham maknanya dan hanya sebatas ikut-ikutan saja.
Pengertian Perilaku Berisiko
Perilaku berisiko melansir dari Universitas Maryland, Department of English, menjelaskan bahwa perilaku berisiko diartikan terjadinya keterlibatan seseorang dalam sebuah kegiatan yang membahayakan dan berpotensi tidak aman, yang berkaitan dalam perilaku yang berhubungan dengan alkohol, narkotika, mengemudi, dan seks.
Pengertian perilaku berisiko adalah sebuah perilaku yang berpotensi membahayakan dan merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial. Perilaku ini menyebabkan konsekuensi negatif sehingga tidak diterima secara sosial.
Perilaku berisiko ini meliputi penyalahgunaan narkotika, alkoholisme, kekerasan, gangguan penggunaan tembakau, perilaku seksual berisiko, gangguan makan, mengemudi di bawah umur, tawuran, dan kebut-kebutan.
Norma Sosial dan Perilaku Berisiko
Norma sosial adalah tata tertib atau kebiasaan umum yang mengatur sebuah kelompok yang bertujuan menjaga ketertiban dan keseimbangan dalam berinteraksi di masyarakat. Pelanggaran terhadap norma sosial berupa sanksi sosial, seperti celaan, pengucilan, teguran, gunjingan atau kemarahan dari masyarakat.
Jenis norma sosial berdasarkan sanksi yang diberikan terbagi menjadi norma agama, kesopanan, kesusilaan, dan hukum. Berdasarkan daya ikatnya terbagi menjadi cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat, mode, dan hukum.
Semua jenis dari norma sosial tersebut bisa menjadi acuan atau pedoman seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma sosial, termasuk dari perbuatan perilaku berisiko. Perilaku berisiko tidak akan terjadi jika si pelaku memahami dan menerapkan aturan dari berbagai jenis norma sosial yang ada.
Perilaku berisiko saat ini banyak bermunculan di dunia nyata maupun dunia maya. Di dunia nyata aksi koboi jalanan seperti klitih sungguh meresahkan masyarakat. Tawuran masih kita jumpai, banyaknya pengguna narkotika, peminum alkohol, penyalahgunaan tembakau atau rokok, dan aksi kekerasan masih menghiasi berita nasional setiap hari.
Dunia maya menyuguhkan hal serupa yang tak kalah menyedihkannya. Berita di media online dan media sosial dipenuhi dengan berita kekerasan, bullying, ujaran kebencian, bahasa gaul viral yang mengarah ke hal negatif, normalisasi perilaku berisiko yang tidak disadari, dan perkara lainnya.
Bijak bermedia sosial dan menerapkan adab bermedia sosial sangat dibutuhkan saat ini untuk memiliki kehidupan yang sehat dan sesuai norma sosial. Norma sosial memiliki kedudukan yang penting untuk mencegah perilaku-perilaku negatif yang berkembang di masyarakat.
Remaja dan Perilaku Berisiko
Remaja yang masih labil dan dalam pencarian identitas diri, dalam masa tumbuh kembangnya di masa rawan ini, membutuhkan pengawalan dalam pembentukan karakter mereka. Banyak dari mereka yang terjatuh ke dalam perilaku berisiko karena kurangnya pengawalan dan pengawasan dari orang tua.
Mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang tua dan guru. Memfasilitasi mereka dengan kegiatan yang positif bisa mengalihkan mereka dari perilaku negatif. Menyuguhkan tayangan yang mendidik dari ucapan, perbuatan dan sisi emosional akan membentuk kepribadian yang baik dan berkarakter.
Remaja perlu mendapatkan pengetahuan tentang perilaku berisiko ini. Ini membantu mereka untuk berpikir kritis saat menemukan peristiwa seperti ini dalam kehidupan mereka. Diharapkan mereka memahami, menyadari, dan berpikir kritis secara mendalam untuk tidak melakukan perilaku berisiko ini.
Menciptakan lingkungan yang baik, terutama situasi keluarga yang harmonis, terbuka, dan saling berdiskusi, untuk melatih remaja memahami berbagai permasalahan kehidupan dan mencoba mencari solusinya. Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif.
Tren Perilaku Berisiko Media Sosial
Tren saat ini yang banyak terjadi permasalahan di media sosial adalah kasus perilaku berisiko. Bentuknya bermacam-macam, akan tetapi semuanya mengarah kepada perbuatan perilaku berisiko.
Perilaku berisiko ini, pelakunya tidak hanya remaja saja, bahkan orang yang sudah terikat perkawinan pun juga menjadi pelaku perilaku berisiko. Sebuah kemunduran pola pikir dan emosional dari masyarakat.
Kebiasaan “menormalisasi” sesuatu yang bertentangan dengan norma sosial menjadi alasan mengapa perilaku berisiko di media sosial dianggap wajar. Seperti sebuah tayangan “orang mabuk”, hal ini akan menggambarkan di benak masyarakat bahwa “mabuk adalah perkara biasa” yang sejatinya perilaku mabuk diharamkan oleh agama dan berdampak buruk bagi masyarakat.
Banyak kasus perilaku berisiko yang “ dinormalisasi “. Tren yang berkembang di media sosial, saat ini tentang perilaku berisiko, meliputi kasus:
- Cyberbullying.
- Ujaran kebencian.
- Sexting.
- Media Sosial menjadi penyebab gangguan mental.
- Media sosial memunculkan perilaku agresif.
- Penyebaran hooks atau informasi palsu.
- Kehilangan ranah privasi.
Tren perilaku berisiko di media sosial menjadi hal menarik perhatian, karena itulah tren tantangan di media sosial menjadi cepat viral. Tanpa mempertimbangkan bahaya, kerugian, dan konsekuensi, konten media sosial ini laku keras dan cepat menjadi viral.
Bahaya tersembunyi dari tren viral yang cenderung mengarah ke perilaku berisiko pun tidak disadari. Semuanya tertuju pada “konten menarik” dan “bisa mendatangkan popularitas “. Hal ini menyebabkan kewaspadaan seseorang menjadi berkurang.
Tak jarang media sosial menyebabkan seseorang berperilaku agresif disebabkan apa yang banyak dikonsumsi dari media sosial mereka. Ini seringkali tidak disadari dan menyebabkan munculnya kerusakan dan dampak negatif lainnya.
Perilaku yang tidak pantas dan mengarah kepada perilaku berisiko di media sosial banyak ragamnya. Perlu kejelian dan pemikiran mendalam tentang pemahaman apa saja yang termasuk perilaku berisiko. Beberapa contoh perilaku berisiko yang banyak terdapat di media sosial yang tidak disadari seperti:
- Mempromosikan konten kekerasan atau seksual.
- Mengunggah konten yang tidak pantas.
- Menyebarkan informasi privasi orang lain dan mempostingnya di media sosial.
- Pelanggaran data.
- Perundungan dunia maya.
- Penguntitan dunia maya.
- Memposting ucapan yang kejahatan atau mengancam.
Sebuah studi penelitian perilaku berisiko dan penggunaan media sosial pada remaja pada tahun 2023, menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang merugikan antara media sosial dan semua perilaku berisiko kesehatan di sebagian besar penelitian yang diikuti. Perilaku beresiko yang diteliti meliputi konsumsi alkohol, obat-obatan narkotika, tembakau aktivitas merokok , sistem pengiriman nikotin elektronik, perilaku diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang tidak mampu, perjudian, perilaku antisosial, dan risiko seksual.
Cara Mengatasi Perilaku Berisiko
Cara mengatasi perilaku berisiko ini harus dimulai dari kesadaran diri. Meningkatkan pemahaman dan pemikiran yang kritis tentang apa itu perilaku berisiko yang terdapat dalam media sosial, kemudian berusaha untuk mengubah dan menjauhi perbuatan tersebut.
Pencegahan terhadap dampak negatif dari media sosial bisa dilakukan dengan
- Pembatasan waktu durasi pemakaian media sosial.
- Pengurangan kegiatan pasif di media sosial.
- Pemakaian media sosial untuk kegiatan produktif.
- Pengurangan jumlah akun aktif di media sosial.
- Penggunaan media sosial sebagai personal branding yang positif.
- Pengendalian diri terhadap berkomentar negatif.
Kesimpulan
Perilaku beresiko menjadi tren tanpa disadari karena sikap “menormalisasi” sesuatu yang salah dianggap wajar. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang apa itu perilaku berisiko di media sosial turut menyumbang maraknya perilaku berisiko ini.
Orang-orang cenderung hanya melihat sebuah konten di media sosial itu “menarik” dan tanpa mau memahami akibat mengikutinya. Inilah bahaya “menormalisasi” sesuatu yang salah.
Perilaku berisiko merupakan keterlibatan seseorang dalam sebuah perilaku yang berpotensi membahayakan dan merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan sosial. Cara mengatasinya dengan kesadaran diri, berpikir kritis, dan berusaha untuk mengubahnya.