Basic Habit Anak : Penerapan Ajaran Agama Dalam Hidup Sehari-Hari
Semua sepakat bahwa agama merupakan sebuah pedoman dalam kehidupan. Apalagi kita tinggal di Indonesia yang dikenal sebagai negara religius. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia.
Melansir dari data dinas Dukcapil, jumlah penduduk Indonesia mencapai 282.477.584 jiwa pada semester I, 30 Juni 2024, dengan populasi muslim sejumlah 87,08 %. Besarnya jumlah inilah dan banyaknya syiar agama di negeri ini yang kemudian Indonesia dinobatkan sebagai negara religius.
Fakta ini, bahwa Indonesia adalah negara religius seakan bertolak belakang dengan praktik keagamaan di Indonesia sehari-hari. Banyaknya kasus korupsi yang semakin tinggi, maraknya judi online bahkan Indonesia dinobatkan sebagai nomor satu di Asia Tenggara, kasus orang muslim makan babi yang diharamkan bahkan bangga saat ketahuan, netizen tidak sopan di internet bahkan dinobatkan sebagai netizen paling tidak sopan nomor satu se-Asia dan sebuah data yang menyebutkan warga Indonesia suka nonton pornografi.
Miris dan sedih, saat kita melihat berbagai permasalahan ini. Tentunya masih banyak permasalahan lainnya seperti kasus bullying, kasus minimnya akhlak dan etika kepada orang yang lebih tua, dan lain sebagainya. Siapakah yang salah dan harus bertanggung jawab terhadap hal ini?
Tidak ada yang bisa menjawabnya dan sikap yang bijak adalah kita bersama-sama bekerja sama memberantas permasalahan ini. Salah satu tindakan yang bisa kita lakukan adalah menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak dan lingkungan tempat tinggal kita untuk menanamkan pendidikan agama yang benar serta konsisten menerapkan bimbingan agama dalam hidup sehari-hari.
Mengapa Agama Penting Bagi Kehidupan
Agama penting diajarkan kepada anak-anak sejak dini untuk mengarahkan mereka kepada jalan yang lurus. Mungkin akan ada yang berpendapat, ada seorang anak dibesarkan di keluarga religius tapi kelakuan minus dan mencemarkan nama baik keluarga dan lingkungan berarti telah gagal pendidikan agama yang diterapkan sejak kecil kepadanya.
Perlu diingat, bahwa tugas seorang manusia itu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Tugasnya adalah menyampaikan nasehat dan membimbing manusia untuk terus di atas jalan yang lurus. Perlu dipahami, bahwa tugas manusia bukan memberikan hidayah dan taufiq karena itu adalah hak prerogatifnya Allah Ta’ala.
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Karena itu, manusia diperintahkan untuk saling nasehat menasehati bukan saling menghakimi. Adakalanya saat iman turun, manusia menjadi futur. Futur adalah kondisi dimana seseorang yang awalnya rajin dan bersemangat kemudian menjadi malas dan lemah. Saat futur itulah tugas orang tua selalu sabar membimbing anaknya dan tugas saudara lainnya adalah saling menasehati bukan memvonis lalu menjauhi.
Menanamkan agama penting sejak dini karena :
1. Sebagai identitas diri
Agama memberikan identitas diri kepada anak. Mengajarkan sebuah nilai dan keyakinan agar dianut secara kokoh. Agama memahamkan kepada anak tentang ajaran yang harus dipegangnya dengan benar, memahamkan siapa dirinya, apa tujuan hidupnya, bagaimana agar bisa istiqomah dan menjelaskan secara lengkap apa perintah yang harus ditaati dan larangan yang harus dijauhi.
2. Membentuk karakter anak
Agama sebagai pondasi pembentukan karakter seseorang baik anak-anak atau dewasa. Nilai-nilai spiritual, moral dan etika jika diterapkan dengan benar dan tepat akan membentuk kepribadian yang baik yang akan mempengaruhi karakternya kelak.
3. Agama berdampak memberikan ketenangan jiwa
Ketenangan jiwa akan membantu seseorang terhindar dari stres. Tekanan hidup bisa membuat jiwa merana. Jiwa yang damai dan tenang adalah hasil dari pendidikan agama yang diamalkan dan diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.
Ketenangan jiwa atau batin erat kaitannya dengan kesehatan mental. Mental yang sehat tidak akan mudah tertekan. Salah satu cara agar tidak mudah tertekan adalah membiasakan diri dengan menerapkan ajaran agama. Kita menyadari bahwa kita bisa mengontrol apa yang terjadi pada diri kita sendiri. Akan tetapi, kita tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan oleh orang lain. Agamalah yang membimbing kita untuk bisa bersabar.
4. Mengajarkan anak untuk berinteraksi sosial kemasyarakatan.
Agama mengajarkan untuk berhubungan dengan Pencipta-Nya yaitu Allah Ta’ala dan berhubungan dengan sesama manusia. Agama tidak mengajarkan egoisme tetapi mengajarkan untuk saling menyayangi, bersatu dan saling membantu. Salah satu bentuk nyata ajaran agama dalam berinteraksi sosial adalah sholat berjamaah ke masjid. Saat ke masjid terjadilah saling interaksi sesama muslimin dan dengan lingkungannya.
5. Melindungi diri dari hal-hal negatif
Mengamalkan ajaran agama dalam hidup sehari-hari akan melindungi diri kita dari hal-hal negatif. Seperti bisa menahan diri dari apa yang diharamkan agama contohnya makan daging babi bagi kaum muslimin. Begitu pula korupsi, tentu bertentangan dengan agama dan moral manusia.
Beragama yang benar akan melindungi dari keburukan. Jika kita masih belum bisa mengamalkan ajaran agama dengan benar, setidaknya jangan sampai kita mencemooh orang yang mengamalkan ajaran agamanya dengan benar.
Menumbuhkan Kesadaran Beragama Pada Anak
Menumbuhkan kesadaran beragama adalah perkara yang tidak mudah. Disinilah letak ujian itu diberikan kepada pembimbing dan yang dibimbing. Apakah pembimbing ikhlas dan bisa bersabar? Sedangkan yang dibimbing, siapkah dia menerima sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya?
Butuh suatu pengorbanan dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Bagaimanapun, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Maka bersabarlah dan minta tolonglah agar dipermudah semua urusan kita kepada Allah Ta’ala.
Untuk menumbuhkan kesadaran beragama pada anak maka diperlukan tips atau cara berikut ini:
1. Orang tua atau pembimbing wajib menjadi teladan.
Keteladanan orang tua adalah faktor terbesar agar anak mau taat. Karena anak mempunyai jiwa peniru yang ulung. Mereka akan kritis saat orang tua menyuruh mengerjakan ajaran agama tetapi malah tidak mengerjakannya dan tidak memberikan contoh terlebih dahulu.
2. Buatlah proses belajar agama menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Buatlah metode pembelajaran agama yang menyenangkan di rumah. Hindari bullying yang tidak disadari. Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan sehari-hari seperti sholat berjamaah ke masjid bagi laki-laki, menghadiri majelis taklim, dan membaca Alqur’an bersama-sama.
3. Diskusi adalah jalan terbaik untuk memberikan pemahaman.
Buatlah diskusi terbuka dengan anak. Saat anak memberikan argumen maka jelaskan dengan baik, jangan dimarahi atau direndahkan. Ciptakan suasana kondusif dan menyenangkan.
4. Konsisten itu penting.
Mengajarkan agama perlu konsisten setiap hari untuk diterapkan, jangan hanya momenitas tertentu. Seperti sholat, lakukan sholat itu setiap hari, lima kali sehari dan bukan saat momen sholat idul fitri saja.
Agama bisa menjadi basic habit anak jika orang tua memberikan keteladanan dan bersabar membimbingnya. Jiwa anak adalah peniru maka taatlah pada ajaran agama dengan benar jika kita ingin anak kita juga demikian.
Jangan hanya menggantungkan pada usaha saja. Teruslah berdoa memohon hidayah dan taufik agar selalu dipermudah semua urusan dan anak-anak kita. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap seseorang walaupun sejak kecil telah ditanamkan agama yang baik. Maka, tugas orang tua selalu menasehati dan meluruskan anak setiap waktu.
Semoga Allah selalu menjaga kita dan keluarga kita dari keburukan. Aamiin.