SUMBAR,BUKITTINGGI”-Upaya membangun karakter bangsa berdasarkan Filosofi ABS SBK, Buya Drs. Asra Faber MM, anggota komisi 3 DPRD TK I propinsi Sumatera Barat menfasilitasi sekaligus narasumber dalam pemberdayaan generasi mendatang bersama tokoh adat Bukittinggi, H. Syahrizal ST Dt. Palang Gagah dengan pusat kegiatan di Bukit Cangang Jl.Soedirman lantai 3 kantor Pos Bukittinggi pada hari Sabtu (26/01/21)
Dengan penuh antusias dan interaktif peserta dari sekolah Madrasah Aliyah se- Agam – Bukittinggi mengikuti pelatihan dan pembekalan kepemimpinan, mereka yang diutus oleh sekolah berasal dari Pengurus OSIS/OSIM dan ketua kelas, turut hadir jajaran Kemenag dan guru pembina pendamping.
” Pembekalan kepemimpinan terhadap generasi muda merupakan komitmen pada agama dan adat serta bentuk kerisauan dan keprihatinan terhadap fenomena yang terjadi pada generasi muda ” ungkap Buya Asra Faber
Kegiatan serupa telah dilaksanakan juga menghadirkan Bunda kandung sebagai pelopor lahirnya genetik matrilineal Minangkabau dan lahirnya tokoh pendiri dan pemimpin bangsa hal demikian tidak bisa dipisahkan dari bunda kandung. Ucap Buya Asra Faber
Melalui pelatihan dan pembekalan kepemimpinan mampu memiliki prinsip dan keteladanan seperti yang diwariskan oleh nabi dan Rasul serta pendiri bangsa, serta mengajak seluruh elemen bangsa bersinergi dan kolaborasi dalam membangun generasi yang beriman dan takwa, ucapnya Buya dengan penuh harapan
” Generasi muda kita sudah terpengaruh oleh nilai budaya asing sehingga berdampak kepada kepribadian karena sopan santun itu menyangkut kepribadian ” Datuk Palang Gagah bertutur
Generasi muda terbentuk oleh media dan wadah yang lain , kalau dulu kepribadian Minangkabau terbentuk di tengah-tengah keluarga karena banyak memiliki waktu dan kesempatan dalam berinteraksi baik kepala keluarga, istri, anak , dan saudara lainnya, ucap narasumber dengan penuh prihatin
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta budaya asing secara langsung memberikan efek negatif bagi generasi Minang terlihat lebih bangga dengan adat dan budaya asing sementara budayanya dianggap norak atau kampungan sehingga terjadilah fenomena seperti ini, ucap Datuk Palang Gagah penuh cemas
Tantangan zaman di era globalisasi eksistensi pemuda sesungguhnya harus diawali dari keluarga yang merupakan madrasah pertama bagi seorang manusia membangun fondasi moral dan akhlak bagaimana bersikap dan tingkah laku atau bersopan santun antara anak dan orang tua serta lingkungan lainnya.
Tidak jarang ketika mengambil lauk pauk langsung 2 atau 3 potong diletakkan ke piring masing-masing zaman dahulu anak dibiasakan untuk mengambil satu-satu saja dulu kondisi inilah yang mempengaruhi terjadinya pergeseran nilai terhadap generasi.
Sejatinya agama dan nilai adat satu kesatuan yang utuh yang tidak dipisahkan satu sama lainnya ibarat kuku dan daging atau seperti tebing dan bambu saling sandar menyandar kedua saling mendukung karena agama itu merupakan dasar dari adat yang ditularkan kepada generasi muda Minangkabau.
H.Syahrizal ST, Datuk palang Gagah meminta dan mengajak tokoh agama dan adat serta elemen lainnya yang merupakan tokoh keteladanan dalam masyarakat bahu-membahu dalam berjuang karena sudah menjadi tanggung jawab bersama dan merupakan sebuah kewajiban yang harus dipikul supaya generasi muda tidak lari dari ketentuan adat dan sara’.
Syafrizal M.Pd, Kepala MAS PPTI Gobah saat mendampingi santrinya mengapresiasi kegiatan pemberdayaan ini karena bertalian langsung dengan nilai Syara’ dan norma lainnya merupakan fondasi dasar dari filosofi minangkabau dalam dalam membangun pemimpin yang berkarakter.
(Yaman)