Infokalimalang. News, Indramayu, Ponpes Alzaytun menggelar peringatan pergantian tahun baru 1445 H dengan berbagai rangkaian kegiatan, antara lain pentas seni budaya dengan pagelaran wayang kulit.
Dalam acara pagelaran wayang kulit terlihat unik, menghadirkan dalang milenial Purbojagad Jati Tunggal dari sanggar Omah Dalang, adapun lakon yang diangkat kali ini yaitu Gatotkaca Kembar.
Cerita Gatot Kaca Kembar berkisar soal perjuangan Gatotkaca untuk membangun jalan dari Kayangan ke Tegal Kurusetra.
Terjadi berbagai macam pernak-pernik selama cerita tersebut. Ada penghianatan yang dilakukan orang terdekat sampai pada fitnah bahwa Gatotkaca telah membunuh saudara sepupunya, Abimanyu, putra Arjuna.
Terkena fitnah itu, Gatot Kaca sempat akan dihukum mati. Namun berkat kecerdasan pamannya, Sadewa, akhirnya terungkap bahwa sosok Gatotkaca yang membunuh Abimanyu bukanlah Gatotkaca sesungguhnya
Namun Gatotkaca jelmaan dari Raden Pratiwi Anggono, masih kerabat Boma Narakasura, musuh bebuyutan Gatotkaca yang ingin menganggalkan tugas pembuatan jalan dari Kayangan ke Tegal Kurusetra.
Fitnah terhadap Gatotkaca juga sudah atas sepengetahuan Prabu Kresna, ayah dari Boma Narakasura.
Berkat Sadewa, Gatotkaca terhindar dari hukuman mati, Abimany yang tewas dihidupkan kembali.
Seperti mimpi buruk yang dialami Gatotkaca sebelum menjalankan tugasnya, bahwa ia terseret arus sungai yang keruh. Namun selamat setelah berpegangan pada kayu pohon Cendana.
Mimpi buruk Gatotkaca ini disampaikan kepada gurunya, Eyang Seto, sebelum menjalankan tugas membangun jalan dari Kayangan ke Tegal Kurusetra.
Jika melihat pemilihan lakon pagelaran wayang kulit di Al Zaytun, apa makna atau pesan yang sedang disampaikan Panji Gumilang dengan menggelar wayang kulit dengan Gatotkaca Kembar tersebut.
Pagelaran wayang kulit pada malam 1 Muharam di Al Zaytun ini seperti kejutan. Tidak seperti perayaan menyambut malam 1 Muharam pada masa lalu di pesantren tersebut.
Pagelaran wayang kulit merupakan bentuk komitment dari Ponpes Alzaytun dalam memelihara budaya nenek moyang bangsa sesuai moto ponpes yaitu merupakan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian.
Tampak hadir dalam pagelaran wayang kulit malam ini yaitu Syaikh Prof. DR (HC) AS. Panji Gumilang, M.P yang didampingi Datuk Agung Sedayu dan Anis Khoirunisa.
Bahkan dalam kesempatan ini Syaikh, request Gending kegemarannya yaitu Caping Gunung yang di nyanyikan oleh sinden Puspita dan tak kalah menariknya Anis Khairunisa ikut naik panggung memberi saweran.
Salah satu panitia penyelenggara peringatan malam 1 Syuro 1445 H, Jillan Jernih Iftinan kelas 12 MIPA D menyebutkan, “bahwa yang bertanggung jawab penyelenggaraan kegiatan malam 1 Syuro adalah Organisasi Pelajar Mahad Alzaytun (OPMAZ) dari Kementerian Seni dan Olahraga,”ungkapnya.
Toni